“Kring..kring..!” suara jam weker Maya berdering keras. Namun, Maya tak juga bangun dari tidurnya hingga membuat ibunya merasa harus membangunkan anak kesayangannya itu. “May,,bangun..!! udah jam berapa ini, nanti kamu telat !!” Dengan mata yang masih sangat sipit dan rasa kantuk yang masih melekat akhirnya Maya pun beranjak dari tempat tidurnya dan segera bergegas mandi untuk siap berangkat kuliah. Dan seperti biasanya jemputan pribadi Maya pun sudah siap siaga 24 jam untuk mengantarnya ke kampus.
“Pagi mah,pah..” sapa Maya kepada mamah dan papahnya. Tak lupa pula Maya untuk menyapa Rendy sang ojek pribadi yang selalu setia mengantarnya kemana saja.
“Pagi sayang..” ujar Maya.
“Pagi juga sayang..” jawab Rendy dengan penuh rasa cinta. Kasih sayang yang begitu dalam terpancar dari matanya. Seakan-akan ia tak ingin mengalihkan pandangannya sekejap saja dari Maya.
Rendy adalah pacarnya Maya yang sangat protective dan possessive. Ia tak mungkin membiarkan satu cowo pun ada yang mendekati pacarnya itu. Setelah mereka selesai sarapan, Maya bergegas untuk berangkat kuliah dengan diantar kekasihnya itu.
Obrolan-obrolan kecil terjadi sepanjang perjalanan ke kampus. Tak lupa seperti biasanya Rendy selalu berpesan ini itu kepada Maya. Belum omongan Rendy selesai, Maya memotong omongan Rendy dan berkata “Iya sayang,,kamu tenang aja aku ga akan macem-macem kok di kampus!!” ucap Maya dengan sedikit rasa jengkel dihatinya. Wajahnya berubah menjadi kesal dan seolah-olah tanduk dikepalanya ingin muncul.
Sesampainya di kampus, Rendy menjatuhkan kecupan kecil dikening Maya. Oh.Tuhan..betapa sayangnya Rendy kepada pacarnya itu. Semua perempuan pasti ingin memiliki pacar yang penyayang seperti Rendy.
Di kampus, Maya terkenal sangat populer dan banyak disukai oleh teman-teman prianya. Banyak mahasiswa yang sangat mengidolakan Maya untuk jadi pacarnya. Jelaslah Rendy sangat protective dan possessive karena ia tak mau kalau sampai pacarnya jatuh hati ke pria lain. Namun kebanyakan dari mereka sakit hati karena Maya sudah punya seorang pacar. Walaupun begitu, sebagian dari mereka tidak patah semangat untuk bisa menjadi pacarnya Maya. Selesainya Maya dari kuliah, ia bertemu dengan seorang teman lamanya sewaktu ia masih tinggal di Bandung. Temannya itu bernama Tomy. Maya terkejut ketika tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dan orang itu adalah Tomy. Ia tak menyangka bahwa Tomy pindah ke Jakarta dan sekarang satu kampus dengannya. Jantungnya berdegup kencang saat melihat Tomy. Rasa senang, kaget dan bingung tercampur aduk seperti gado-gado di kantin kampus. Bagaimana tidak, Tomy itu mantan pacarnya sewaktu ia tinggal di Bandung. Namun hubungan mereka harus berakhir karena Maya harus ikut orang tuanya hijrah ke Jakarta.
“Hai May,,kamu apa kabar???masih inget sama aku nggak???” tanya Tomy sambil tersenyum.
“Kabar aku baik kok,tom.Kamu sendiri apa kabar??udah lama yaa kita gak ketemu.” Jawab Maya. Maya masih tidak percaya kalau yang ada didepannya itu adalah Tomy.
“Kabar aku juga baik-baik aja ko May. Kamu gak berubah ya May. Malah makin cantik.” puji Tomy. Tomy tak menyangka kalau pujiannya itu membuat Maya menjadi salah tingkah dan gugup. Akhirnya, mereka berdua pun memutuskan untuk pergi makan sambil mengingat-ingat masa-masa waktu mereka masih di Bandung. Namun, saat Maya dan Tomy akan meninggalkan kampus tiba-tiba saja Maya bertemu dengan sahabatnya yang bernama Bela. Bela terkejut melihat Maya bersama seorang cowok yang tidak ia kenal. Bela segera memanggil Maya dan bertanya siapa cowok yang bersamanya itu.
“May,lo mau kemana?cowok itu siapa sih?kayanya gue gak kenal sama dia.” tanya Bela.
“Gue mau makan,Bel. Dia temen gue waktu gue masih di Bandung. Ayo gue kenalin sama dia.” ujar Maya. Ia pun mengenalkan sahabatnya itu dengan Tomy. Setelah itu, Maya dan Tomy pun pergi meniggalkan kampus.
Maya dan Tomy seakan-akan terbawa kedalam suasana saat mereka masih berpacaran. Begitu bahagianya mereka menghabiskan waktu bersama. Sampai-sampai telepon dan sms dari Rendy tak dihiraukan oleh Maya. Sepertinya Maya tak ingin diganggu oleh siapa pun. Semakin hari sikap Maya semakin berubah pada Rendy. Ia menjadi seorang pembohong. Kini, ia tak lagi diantar jemput oleh Rendy seperti biasanya. Waktunya banyak dihabiskan dengan Tomy dan ia selalu memberikan seribu alasan tiap Rendy menanyakan perubahan sikapnya itu. Tiap harinya Rendy selalu menanyakan apa yang dilakukan Maya dari ia meninggalkan rumah sampai ia kembali lagi ke rumah. Mengecek inbox ditelepon genggamnya tak lupa ia lakukan untuk memastikan bahwa Maya tak bertindak macam-macam. Setiap ada message dari teman pria Maya, sifat protective dan possessive Rendy muncul dengan sendirinya. Hal itulah yang membuat Maya tidak tahan dengan sikap Rendy. Sikap possessivenya terlalu berlebihan dan membuat Maya geram.
“Ih,cowo gue galak banget sih.!!!!!! Rasanya pengen gue pasang spanduk ‘Awas Cowok gue galak..!!!” ucap Maya dalam hatinya.
Sampai suatu saat Maya dihadapkan pada suatu keadaan yang membuatnya bingung. Tomy memintanya untuk menjadi belahan jiwanya lagi seperti dulu. Maya pun bingung dan entah harus berkata apa. Sejenak ia terdiam dan hanyut dalam lamunan. Pikirannya kacau yang ada hanya terlintas wajah Rendy disepanjang lamunannya. Disatu sisi ia merasa nyaman bersama Tomy dan merasa tidak ada yang mengekangnya. Namun, disisi lain ia juga sayang pada Rendy yang selalu perhatian padanya dan setia menjadi ojek pribadinya 24 jam. Terdengar suara Tomy yang memanggil-manggil namanya memecahkan lamunan dengan sekejap. Saat Tomy kembali menodongkan pertanyaan sulit itu kepada Maya. Tetapi, entah apa yang membuat Maya menerima Tomy kembali. Seolah-olah ia tak sedikitpun memikirkan perasaan Rendy. Bagaimana jika Rendy tahu apa yang sudah Maya lakukan padanya?Apa sudah tidak ada sedikitpun rasa yang tersisa dihatinya untuk Rendy? Semua itu menjadi tanda tanya besar.
Hubungan terlarang Maya dan Tomy sudah terjalin selama sebulan. Dan sepertinya Maya masih merasa nyaman dengan keadaannya yang seperti itu. Bela pun tau apa yang telah dilakukan sahabatnya itu. Bela sempat kesal dan mencoba untuk mengarahkan sahabatnya itu kembali ke jalan yang benar. Namun, sia-sia saja semuahnya. Tak ada satu pun ucapan Bela yang didengarkan oleh Maya. Bagai masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan ucapan Bela itu. Akhirnya bendera putih dikibarkan Bela, menandakan bahwa ia sudah menyerah berbicara pada Maya. Ia hanya dapat mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.
Suatu ketika, saat Maya dan Tomy sedang pergi berdua tiba-tiba saja telepon genggam Maya berdering. Ternyata panggilan masuk dari Rendy. Spontan Maya panik dan menjadi gugup. Tomy pun bingung melihat sikap Maya menjadi panik seperti itu.
“Kamu kenapa sayang?kok panik gitu..Siapa yang telefon?” tanya Tomy terlihat heran.
Pikiran Maya tambah bercampur aduk ketika Tomy bertanya seperti itu. Ia bingung harus menjawab apa.
“Aku gak kenapa-kenapa kok. Mama aku telefon nih, tapi tadi aku bilangnya lagi dikampus.”
Maya berbohong untuk menutupi yang sebenarnya.
“Yaudah kamu angkat aja telefonnya. Bilang aja lagi sama aku.” ujar Tomy dan masih tetap kekeh untuk menyuruh Maya mengangkat teleponnya. Sementara telepon genggam Maya terus berbunyi nyaring dan membuat pikiran Maya tambah kacau. Namun tetap saja Maya tak juga mengangkat teleponnya.
“Udah biarin aja sayang ga usah aku angkat. Nanti bilang aja sama mama tadi lagi ada dosen” ucapnya sambil mencoba menenangkan hati. Keadaan mulai kembali netral dan mereka seperti biasa lagi.
Di lain tempat, Bela sedang asyik berkumpul bersama teman-temannya. Namun, tiba-tiba saja telepon genggamnya berdering dan ternyata itu dari Rendy pacar sahabatnya itu. Rendy menanyakan Maya padanya. Telepon dari Rendy tidak diangkat oleh Maya. Begitu juga sms dari Rendy tidak dibalas. Rendy khawatir dan takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan pacarnya itu. Betapa sayang dan cintanya Rendy terhadap Maya. Kadang, hal itu sering membuat Bela merasa iri pada Maya. Karena Maya sangat beruntung memiliki pacar yang perhatian dan baik seperti Rendy. Tetapi, sepertinya Maya tidak pernah merasa seberuntung itu. justru Maya sering kali mengeluh karena sikapnya Rendy yang terlalu possessive. Bela bingung harus menjawab apa karena ia memang tidak tahu dimana sahabatnya itu. Ia hanya tahu Maya pergi bersama Tomy. Tapi, tidak mungkin ia bilang kepada Rendy kalau Maya pergi bersama Tomy. Bisa-bisa Rendy marah besar kalau ia sampai tahu.
Ketika Maya sampai di rumah, ternyata Rendy sudah terlebih dahulu sampai di rumahnya dan menunggunya pulang.
“Kamu dari mana aja sih?!!aku telefon gak diangkat, aku sms gak dibales.!!” ujar Rendy dengan nada kesal. Asap tebal seperti ingin keluar dari dalam kepalanya.
“Aku abis pergi sama Bela.” Jawab Maya.
Rendy tambah merasa kesal karena Maya sudah berbohong. Matanya berubah merah dan emosinya semakin bertambah.
“Kamu udah mulai bohong yaa sama aku.! Jelas-jelas tadi aku telefon Maya nanyain kamu dan dia bilang dia gak sama kamu.! Kamu mau alesan apa lagi..!!!”
Rendy agak sedikit membentak Maya. Ia kesal karena Maya telah membohonginya berkali-kali.
“Udahlah..aku cape tau gak sama kamu yang selalu ngatur-ngatur hidup aku..gak bolehin aku kesana-kesini. Aku cape..!!!!” Maya terbawa emosi dan pergi meninggalkan Rendy.
Sejak saat itu, hubungan mereka agak renggang. Komunikasi mereka terputus begitu saja. Tidak ada yang saling menghubungi satu sama lain. Rendy sibuk dengan kegiatan di kampusnya dan Maya sibuk dengan Tomy. Cinta lama yang bersemi kembali membuat Maya perlahan melupakan Rendy. Sampai pada akhirnya pertemuan antara mereka bertiga pun terjadi.
Saat itu, Maya dan Tomy sedang berada di suatu mall. Tanpa sengaja, Rendy melihat Maya bersama Tomy. Hati Rendy terbakar api cemburu. Ia kesal melihat Maya bersama cowok lain yang ia tidak kenal. Begitu mesranya mereka bergenggaman tangan. Dalam hatinya Rendy bertanya-tanya siapa cowok yang sedang bersama pacarnya itu. Tidak mau berlama-lama lagi, Rendy segera berinisiatif menghampiri Maya dan pria yang tidak dikenalnya itu. Saat Rendy tepat berada dihadapan Maya, seakan-akan Maya sudah terkepung dan tidak bisa menghindar lagi. Yang ada dipikirannya hanya (mati deh gue).
“Lagi ngapain kamu disini?siapa cowok ini???” tanya Rendy diiringi dengan wajahnya yang penuh emosi. Namun Maya hanya bisa berdiam diri seperti orang bisu. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia katakan pada Rendy dan Tomy. Tomy pun nampak bingung dan bertanya-tanya siapa pria yang tiba-tiba saja menghampirinya dan Maya.
“Lo siapa sih?gue cowoknya Maya.” dengan penuh rasa percaya diri Tomy pun menjawab. Rendy semakin bingung saat Tomy berkata bahwa Maya itu adalah pacarnya. Ia butuh jawaban pasti yang keluar langsung dari mulut Maya siapa Tomy itu sebenarnya. Dan akhirnya terdengar suara Maya mulai berbicara. Sambil menangis, Maya mencoba untuk menjelaskan kepada Rendy dan Tomy. Ia mengatakan semuanya bahwa mereka berdua itu adalah pacarnya. Rendy dan Tomy kaget dan tidak menyangka. Terlebih lagi Rendy. Ia tak menyangka kalau orang yang dicintainya tega melakukan perbuatan seperti itu padanya. Karena sangat marahnya Rendy kepada Maya, Rendy pun pergi meninggalkan Maya bersama Tomy. Rendy sangat kecewa dengan sikapnya itu. Hati Rendy seperti dilempar bom atom dan hancur lebur semuanya.
Semenjak kejadian itu, Maya merasakan sesal dalam dirinya. Sesal yang teramat dalam karena ia telah menghianati Rendy. Ia merasakan sepi dan sunyi saat Rendy tak lagi ada disampingnya kini. Sementara hubungannya dengan Tomy kandas begitu saja tidak jelas kelanjutannya. Maya pun tak memikirkan hubugannya dengan Tomy. Yang ada dipikirannya saat ini hanya ingin meminta maaf pada Rendy dan ingin kembali padanya. Namun, semua itu dirasakan Maya sungguh sulit. Ia sangat menyadari kesalahan yang ia perbuat itu tidak mudah untuk dimaafkan. Sempat terfikir olehnya untuk menghubungi Rendy atau mendatangi rumahnya tapi sepertinya rasa bersalah Maya masih menguasai hati dan pikirannya. Sampai suatu ketika, ia mendapat kabar dari Bela kalau hari ini Rendy akan meninggalkan Indonesia karena ayahnya dipindah tugaskan ke Amerika. Air mata pun menetes membasahi pipi Maya yang merah. Terbayang kenangan-kenangan indahnya saat bersama Rendy. Teringat perhatian Rendy yang teramat begitu besar padanya mungkin tak akan pernah ia dapatkan lagi dari pria lain. Ia baru menyadari bahwa hanya Rendy pria yang ia cintai dan ia sayangi. Hanya Rendy yang dapat mengertinya dalam keadaan apa pun. Tanpa pikir panjang lagi, Maya mengambil tas dan telepon genggamnya untuk bergegas ke rumah Rendy sebelum semuanya terlambat. Di ambilnya kunci mobil dan ditancapkan gasnya dalam-dalam. Dengan kecepatan penuh mobil Maya melaju kencang dan hamper membahayakan pengendara disekitarnya. Namun sepertinya hal itu tak dihiraukan Maya. Ia kembali menambah kecepatan mobilnya karena ia takut terlambat tiba di rumah Rendy. Sesampainya di rumah Rendy, ternyata ia memang benar-benar sudah terlambat karena Rendy baru saja berangkat ke bandara. Hati Maya makin tidak karuan. Ia ingin secepatnya bertemu Rendy dan meminta maaf padanya. Mobilnya pun melaju sangat kencang dan Maya semakin tidak peduli dengan keselamatannya. Yang ada dipikarannya hanya ingin bertemu dengan Rendy.
Selang beberapa waktu, mobil Maya mendadak oleng dan hilang kendali. Mobilnya mengalami pecah ban hingga menabrak trotoar. Maya ditemukan warga sekitar sudah berlumuran darah dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Keluarga Maya yang saat itu tengah berkumpul, tiba-tiba mendapat kabar dari polisi. Anak mereka yang bernama Maya mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di rumah sakit. Kondisinya kini masih dalam keadaan kritis. Ibu Maya yang mendengar kabar itu langsung jatuh pingsan karena kaget mendengar Maya kecelakaan.
Saat menuju ke bandara, telepon genggam Rendy berdering dan ternyata itu dari Bela sahabatnya Maya.
“Haloo Rendy,,lo dimana???Maya Ren,,Maya..” terdengar suara Bela begitu panik dan nafasnya terengah-engah. Mendengar Bela menyebut-nyebut nama Maya, Rendy ingin sekali mengetahui apa yang terjadi dengan Maya.
“Maya kenapa Bel??jawab gue Maya kenapa??!!” tanya Rendy bercampur rasa penasaran.
“Maya kecelakaan Ren. Sekarang dia di rumah sakit. Gue harap lo sekarang ke rumah sakit ya.” sejenak Rendy terdiam begitu mendengar bahwa Maya mengalami kecelakaan. Ia diliputi rasa bersalahnya yang teramat dalam. Tanpa berlama-lama lagi, segeralah ia memerintahkan supirnya agar berbalik arah menuju ke rumah sakit dan tidak jadi ke bandara. Sepanjang jalan ia terus berdoa agar Maya baik-baik saja. Mulutnya komat-kamit tak ada hentinya sedetikpun.
Sesampainya dirumah sakit, Maya masih terbaring di ruang ICU. Ia masih butuh perawatan intensif dari dokter. Tak lama ia menunggu, akhirnya dokter pun keluar dengan berita gembira. Maya ternyata sudah melewati masa kritisnya namun ia tetap belum sadar. Rasa bersyukur terus dipanjatkan orang-orang yang menunggu Maya di rumah sakit. Namun, rasa bersalah Rendy bertambah saat ia mengetahui dari Bela kalau Maya mengalami kecelakaan saat sedang berusaha menyusulnya ke bandara.
Sudah tiga hari Maya tak kunjung sadarkan diri, namun Rendy tetap setia menunggu dan menjaga Maya hingga Maya sadar. Ia ingin ketika Maya sadar, ia adalah orang pertama yang dilihatnya. Tak pernah sedetik pun Rendy memalingkan pandangannya dari Maya, ia terus menatap Maya dengan tatapan penuh rasa bersalah dan menyesal.
Hari ke empat Maya masih tidak sadarkan diri dan Rendy pun masih setia menunggunya hingga Maya sadar. Melihat Rendy yang sepertinya sudah mulai letih dan lelah, orang tua Maya pun tak tega melihatnya.
“Ren, kamu sebaiknya pulang dan beristirahat. Wajahmu nampak lesu dan lelah. Biar tante dan om saja yang menjaga Maya disini.” perintah ibunda Maya.
“Saya tidak ingin meninggalkan Maya sedetikpun tante. Saya ingin orang pertama yang dilihatnya adalah saya. Saya tidak mau pulang tante. Saya permisi izin ke kamar mandi saja sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk saya ini.” Rendy tetap kekeh pada pendiriannya.
Saat Rendy berada di kamar mandi, tangan Maya perlahan-lahan bergerak sedikit demi sedikit. Dan matanya mulai terbuka lebar melihat sekelilingnya. Ketika melihat kedua orang tuanya, air mata Maya menetes dan ia pun menangis. Ayah dan ibunya tak mengerti apa yang menyebabkan Maya tiba-tiba menangis. “Apa yang menyebabkan Maya menangis?” tanya ibunda Maya dalam hati. Ibunya tak tahu bahwa Maya menangis karena ia merasa telah kehilangan Rendy untuk selamanya. Ia berpikir bahwa Rendy pasti sekarang sudah berada di Amerika dan telah melupakannya dengan menjalani kehidupan barunya disana. Tetapi ternyata perkiraan Maya salah. Begitu Rendy kembali, Maya terkejut melihatnya. Rendy yang ia kira sudah berada di Amerika, ternyata kini ada dihadapannya. Matanya semakin berkaca-kaca dan diselimuti rasa tak percaya. Rendy menghampiri Maya dan memeluk Maya dengan erat seakan-akan ia tak akan lagi melepaskan Maya dari pelukannya. Mereka berdua saling meminta maaf atas kesalahan yang telah mereka berdua perbuat dimasa lalu.
“Maafin aku ya Ren. “ dengan mata yang memerah dan berlinang air mata Maya meminta maaf. Begitu juga dengan Rendy yang juga meminta maaf pada Maya. Akhirnya mereka berdua saling mengucap janji untuk tidak melakukan kesalahannya lagi. Maya berjanji untuk tidak akan pernah menghinanati Rendy lagi dan Rendy pun berjanji untuk tidak menjadi pacar yang GALAK lagi.
~SELESAI~
ada sountrack nya kok buat blog ini... http://www.reverbnation.com/bandtop tuh linknya... :P
BalasHapushahaaa,,bisa ajaa...:D
BalasHapus